Pemeriksaan tanda tanda vital
Minta pasien duduk di tepi tempat
tidur atau meja periksa, kecuali posisi ini dikontraindikasi. Berdirilah di depan pasien, jika di perlukan
pindah ke sisi lain. Ukur tekanan
darah. Hitung frekuensi nadi dan pernapasan. Jika diindikasikan, ukur temperatur tubuh. ( Bickley, Lynn, S, 2008, Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan, Jakarta
: EGC).
Pemeriksaan tanda vital merupakan
suatu cara untuk mendeteksi adanya perubahan system tubuh. Tanda vital meliputi suhu tubuh, denyut nadi,
frekuensi pernapasan, dan tekanan darah.
Tanda vital mempunyai nilai sangat penting pada fungsi tubuh. Adanya perubahan tanda vitl, misalnya suhu
tubuh dapat menunjukkan keadaan metabolisme dalam tubuh ; denyut nadi dapat
menunjukkan perubahan pada system kardiovaskular; frekuensi pernapasan dapat
menunjukkan fungsi pernapasan; dan tekanan darah dapat menilai kemampuan system kardiovaskular, yang dapat dikaitkan
dengan denyut nadi. Semua tanda vital
tersebut saling berhubungan dan saling memengaruhi. Perubahan
tanda vital dapat terjadi bila tubuh dalam kondisi aktivitas berat/dalam
keadaan sakit dan perubahan tersebut merupakan indicator adanya gangguan system
tubuh.
Pelaksanaan pemeriksaan tanda vital
pada semua klien berbeda satu dengan yang lain.
Tingkat kegawatan pasien seperti pada kondisi pasien yang kritis akan
membutuhkan pengawasan terhadap tanda vital yang lebih ketat disbanding pada
kondisi pasien yang tidak kritis demikian sebaliknya. Prosedur pemeriksaan tanda vital yang
dilakukan pada pasien meliputi pengukuran suhu, pemeriksaan denyut nadi,
pemeriksaan pernapasan dan pengukuran tekanan darah. (Alimul Aziz Hidayat, Uliyah
Musrifatul. 2005. Buku Saku Praktikum
Dasar Manusia. Jakarta : EGC)
PENGELUARAN PANAS
Pengeluaran
dan produksi panas terjadi karena simultan. Struktur kulit dan paparan terhadap
lingkungan secara konstan, pengeluaran panas secara normal melalui radiasi,
konduksi, konveksi dan evaporasi.
Radiasi.
Radiasi adalah perpindahan panas dari permukaan suatu objek ke permukaan objek
lain tanpa keduannya bersentuhan (Thibodeau dan Patton, 1993). Panas berpindah
melalui gelombang elktromagnetik. Aliran darah dari organ internal inti membawa
panas kekulit dan ke pembuluh darah permukaan. Jumlah panas yang dibawa ke
permukaan tergantung dari tingkat vasokonstriksi dan vasodilatasi yang diatur
oleh hipotalamus. Panas menyebar dari kulit kesetiap objek yang lebih dingin
disekelilingnya. Penyebaran meningkat bila perbedaan suhu antara objek juga
meningkat.
Vasodilatasi
perifer juga meningkatkan aliran darah ke kulit untuk memperluas penyebaran
yang ke luar. Vasokonstriksi perifer meminimalkan kehilangan panas ke luar.
Sampai 85% area permukaan tubuh manusia menyebarkan panas ke lingkungan. Namun,
bila lingkungan lebih hangat dari kulit, tubuh mengabsorbsi panas melalui
radiasi.
Perawat
meningkatkan kehilangan panas melalui radiasi dengan melepaskan pakaian atau
selimut. Posisi klien meningkatkan kehilangan panas melalui radiasi (mis.
berdiri memajankan permukaan area radiasi lebih besar dan berbaring pada posisi
janin, meminimalkan radiasi panas). Menutup tubuh dengan pakaian gelap dan
rajutan juga mengurangi jumlah kehilangan panas melalui radiasi.
Konduksi.
Konduksi adalah perpindahan panas dari satu objek ke objek lain dengan kontak
langsung. Ketika kulit hangat menyentuh objek yang lebih dingin, panas hilang.
Ketika suhu dua objek sama, kehilangan panas konduktif terhenti. Panas
berkonduksi melalui benda padat, gas, dan cair. Konduksi normalnya menyebabkan
sedikit kehilangan panas. Perawat meningkatkan kehilangan panas konduktif
ketika memberikan kompres es atau memandikan klien dengan air dingin.
Memberikan beberapa lapis pakaian mengurangi kehilangan konduktif. Tubuh
menambah panas dengan konduksi ketika kontak dilakukan dengan material yang
lebih hangat dari suhu kulit.
Konveksi.
Konveksi adalah perpindahan panas karena gerakan udara. Panas dikonduksi
pertama kali pada molekul udara secara langsung dalam kontak dengan kulit. Arus
udara membawa udara hangat. Pada saat kecepatan arus udara meningkat,
kehilangan panas konvektif meningkat. Kipas angin listrik meningkatkan
kehilangan panas melalui konveksi. Kehilangan panas konvektif meningkat ketika
kulit lembab kontak dengan udara yang
bergerak ringan.
Evaporasi.
Evaporasi adalah perpindahan energi panas ketika cairan berubah menjadi gas.
Selama evaporasi, kira-kira 0,6 kalori panas hilang untuk setiap gram air yang
menguap ( Guyton, 1991). Tubuh secara kontinu kehilangan panas melalui
evaporasi. Kira-kira 600-900 ml sehari menguap dari kulit dan paru, yang
mengakibatkan kehilangan air dan panas. Kehilangan normal ini dipertimbangkan
kehilangan air tidak kasat mata dan tidak memainkan peran utama dalam
pengaturan suhu.
Dengan
mengatur perspirasi atau berkeringat, tubuh meningkatkan kehilangan panas
evaporatif tambahan. Berjuta-juta kelenjar keringat yang terletak dalam dermis
kulit menyekresi keringat melalui duktus kecil pada permukaan kulit. Ketika
suhu tubuh meningkat, hipotalamus anterior memberi sinyal kelenjar keringat
untuk melepaskan keringat. Selama latihan dan stres emosi atau mental,
berkeringat adalah salah satu cara untuk menghilangkan kelebihan panas yang
dibuat melalui laju metabolik. Evaporasi berlebihan dapat menyebabkan kulit
gatal dan bersisik, serta hidung dan faring kering.
Diaforesis
adalah prespirasi visual dahi dan toraks atas. Kelenjar keringat berada di
bawah dermis kulit. Kelenjar menyekresi keringat, larutan berair yang
mengandung natrium dan klorida, yang melewati duktus kecil pada permukaan
kulit. Kelenjar dikontrol oleh sistem saraf simpatis. Bila suhu tubuh
meningkat, kelenjar keringat mengeluarkan keringat, yang menguap dari kulit
untuk meningkatkan kehilangan panas. Suhu tubuh rendah menghambat sekresi
kelenjar keringat. Diaforesis kurang efisien bila gerakan udara minimal atau
bila kelembaban udara tinggi. Individu yang tidak mempunyai kelenjar keringat
kongenital atau yang memunyai penyakit kulit serius yang merusak diaforesis
tidak dapat menoleransi suhu hangat karena mereka tidak dapat mendinginkan diri
mereka sendiri secara adekuat.
1) Suhu Tubuh
Suhu tubuh Merupakan perbedaan antara jumlah panas yang
diproduksi oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan. Pusat pengaturan
suhu tubuh adalah hipotalamus (bekerja sbg termostat).
Nilai hasil pemeriksaan suhu merupakan indicator untuk
menilai keseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran panas. Nilai ini akan menunjukkan peningkatan bila
pengeluaran panas meningkat. Kondisi
demikian dapat juga disebabkan oleh vasodilatasi, berkeringat, hiperventilasi
dan lain-lain. Demikian sebaliknya, bila
pembentukan panas meningkat maka nilai suhu tubuh akan menurun. Kondisi ini dapat dilihat pada peningkatan
metabolisme dan kontraksi otot.
Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan secara oral, rectal, dan aksila. (Alimul Aziz Hidayat, Uliyah Musrifatul. 2005. Buku Saku Praktikum Dasar Manusia.
Jakarta : EGC)
Suhu tubuh adalah suhu
tubuh yang diukur dalam derajat. Suhu rata-rata orang dewasa diukur secara oral
antara 36,7oC dan 37oC. Suhu tubuh dapat diukur dioral,
rektum, dan aksila (lipatan lengan) suhu juga dapat diukur ditelinga pada
membran timpatik (gendang telinga). (Ester,
Monica. 2005. Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta : EGC)
a)
Membran
Timpani
Rasional
penggunaan membran timpani telinga menerima suplay darah yang sama dengan
hipotalamus dan terletak dekat dengannya sehingga membran timpani dianggap
akurat untuk memperkirakan suhu inti. Kanal auditorius terinsulasi (mempertahankan
suhunya) dan mudah untuk dijangkau. Alat
yang digunakan pengukuran suhu dimembran timpani hanya dapat dilakukan dengan
menggunakan termometer timpani khusus.
Keakuratan
tergantung pada suhu sekitar didalam telinga berikut ini adalah faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi faliditas suhu :
·
Kelembapan, mis., verniks kaseosa,
cairan amnion
·
Infeksi
·
Meningkatnya suhu udara, mis., inkubator
·
Kotoran telinga berlebihan
·
Pembedahan yang baru dilakukan
Keamanan teknik ini menggunakan
pembungkus sekali pakai, mengurangi bahaya infeksi silang. Sudah diteliti
secara khusus pada wanita hamil (yeo et al, 1995), bayi (weiss et ol, 1994),
dan anak-anak (sherwood davis & geck, 1997), yang ternyata aman untuk semua
kelompok usia. ( Johnson Ruth, Taylor, Wendy. 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta : EGC )
Keuntungan :
Tempat
yang mudah dicapai perubahan posisi yang dibutuhkan minimal memberi pembacaan
inti yang akurat waktu pengukuran sangat cepat (2-5 detik) dapat dilakukan
dengan membangunkan atau menganggu klien. Secara emosional kurang invasif untuk
anak-anak dan remaja yang sedang membangun identitas seksual dan citra diri.
Kerugian :
Alat bantu dengar harus dikeluarkan
sebelum pengukuran. Tidak boleh dilakukan pada klien yang mengalami bedah
telinga atau membran timpani. Membutuhkan
pembungkus probe sekali pakai impaksi
serumen dan otitis madya dapat menganggu pengukuran suhu. Keakuratan pengukura padabayi baru lahir dan
anak dibawah 3tahun masih diragukan (dafis,1993). Variabilitas pengukuran
melebihi viribilitas alat suhu inti yang lain (erikson dan kirklin, 1993).)
b)
Mengukur
Suhu Ketiak/Aksila
Mengukur
suhu badan dengan menggunakan termometer yang ditempatkan di ketiak/aksila.
Keuntungan
ü Aman
dan non-invasif
ü Cara
yang lebih disukai pada bayi baru lahir
dan klien yang tidak kooperatif
Kerugian
ü Waktu
pengukuran lama
ü Memerlukan
bantuan perawat untuk mempertahankan posisi klien.
ü Tertinggal
dalam pengukuran suhu inti pada waktu perubahan suhu yang cepat
ü Memerlukan
paparan toraks
c)
Mengukur
Suhu Rektal
Mengukur
suhu tubuh dengan menggunakan termometer yang ditempatkan di rektum.
Keuntungan
Ø Terbukti
lebih dapat diandalkan bila suhu oral tidak dapat diperoleh
Ø Menunjukkan
suhu inti
Kerugian
Ø Pengukuran
suhu inti lebih lambat selama perubahan suhu yang cepat
Ø Tidak
boleh dilakukan pada klien yang mengalami bedah rektal, kelainan rektal, nyeri
pada area rektal, atau yang cenderung pendarahan
Ø Memerlukan
perubahan posisi dan dapat merupakan sumber rasa malu dan ansietas klien
Ø Risiko
terpajan cairan tubuh
Ø Memerlukan
lubrikasi
Ø Dikontradiksikan
pada bayi baru lahir
d)
Mengukur
Suhu Oral
Mengukur
suhu tubuh dengan menggunakan termometer yang ditempatkan di mulut.

Keuntungan



Kerugian





(Perry, Potter.2005. Fundamental Keperawatan, Konsep Proses dan
Praktik. Jakarta : EGC)
2)
Tekanan
Darah
Nilai
tekanan darah merupakan indicator untuk menilai system kardiovaskular bersamaan
dengan pemeriksaan nadi. Pemeriksaan
tekanan darah dapat diukur dengan dua metode, yaitu metode langsung : metode
yang menggunakan kanula atau jarum yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah yang
di hubungkan dengan manometer. Metode
ini merupakan cara yang paling tepat untuk menentukan tekanan darah, tetapi
memerlukan persyaratan dan keahlian khusus; metode tak langsung: metode yang
menggunakan sfigmomanometer. Pengukuran
tak langsung ini menggunakan dua cara, yaitu palpasi yang mengukur tekanan
sistolik dan auskultasi yang dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolic dan
cara ini memerlukan alat stetoskop (Alimul Aziz Hidayat, Uliyah Musrifatul. 2005. Buku Saku Praktikum Dasar Manusia.
Jakarta : EGC)
Tekanan
darah adalah suatu ukuran tekanan yang dibuat darah saat bergerak
melalui arteri tubuh.
Terdapat dua jenis tekanan darah : tekanan sistolik dan tekanan diastolik.
Usia
|
mmHg
|
|
1
|
BBL
|
40(rerata)
|
2
|
1bln
|
85/54
|
3
|
1th
|
95/65
|
4
|
6 th
|
105/65
|
5
|
10-13 th
|
110/65
|
6
|
14-17 th
|
120/70
|
7
|
Dewasa tengah
|
120/80
|
8
|
Lansia
|
140/90
|
·
Tekanan
sistolik adalah tekanan paling tinggi yang dihasilkan ketika ventrikel kiri
jantung berkontraksi. Ini adalah tekanan gelombang darah yang memasuki arteri.
·
Tekanan
diastolik adalah tekanan paling rendah yang dihasilkan ketika ventrikel kiri
relaksasi. Ini adalah tekanan yang
selalu ada dalam arteri.
(Ester, Monica, S.Kp, 2005, Pedoman
Perawatan Pasien, Jakarta : EGC
Tabel 32-9
|
Klasifikasi Tekanan Darah untuk Usia
Dewasa 18 Tahun dan Lansia
|
|
KATEGORI
|
SISTOLIK
(mm Hg)
|
DIASTOLIK
(mm Hg)
|
Normal
|
< 130
|
<85
|
Normal tinggi
|
130-139
|
85-89
|
Hipertensi
|
|
|
Derajat 1 ( ringan )
|
140-159
|
90-99
|
Derajat 2 ( sedang )
|
160-179
|
100-109
|
Derajat 3 ( berat )
|
180-209
|
110-119
|
Derajat 4 ( sangat berat )
|
lebih besar
sama dengan 210
|
lebih besar
sama dengan 120
|
tabel 32-10
|
Rekomendasi untuk tindak lanjut
|
|
|||||
berdasarkan set awal pengukuran
|
|
||||||
tekanan darah untuk dewasa usia
|
|
||||||
18 dan lansia
|
|
||||||
SKRINING AWAL
|
|
|
|
|
|
||
TEKANAN DARAH
|
|
|
|
|
|
||
( mm Hg )
|
|
|
|
|
|
||
Sistolik
|
Diatolik
|
Tindak lanjut yang dianjurkan
|
|
|
|||
<130
|
<85
|
cek ulang dalam 2 tahun
|
|
|
|||
130-139
|
85-89
|
cek ulang dalam 1 tahun
|
|
|
|||
140-159
|
90-99
|
konfirmasi dalam 2 bulan
|
|
|
|||
160-179
|
100-109
|
evaluasi atau rujuk pada sumber
perawatan dalam 1 bulan
|
|
|
|
|
|
180-209
|
110-119
|
evaluasi atau rujuk pada sumber
perawatan dalam 1 minggu
|
|||||
>210
|
>120
|
evaluasi atau rujuk pada sumber
perawatan segera
|
(Perry, Potter.2005. Fundamental Keperawatan, Konsep Proses dan
Praktik. Jakarta : EGC)
3) Denyut nadi
Nilai denyut
nadi merupakan indicator untuk menilai system kardiovaskular. Denyut nadi dapat diperiksa dengan mudah
menggunakan jari tangan ( palpasi ) atau dapat juga dilakukan dengan alat
elektronik yang sederhana maupun canggih.
Pemeriksaan denyut nadi dapat dilakukan pada daerah arteri radialis pada
pergelangan tangan, arteri brakhialis pada siku bagian dalam, arteri karotis
pada leher, arteri temporalis, aretri femoralis, arteri dorsalis pedis, dan
pada arteri frontalis pada bayi. (Alimul Aziz Hidayat, Uliyah Musrifatul. 2005. Buku Saku Praktikum Dasar Manusia.
Jakarta : EGC)
Denyut
nadi merupakan menghitung frekuensi
denyut nadi (loncatan aliran darah yang dapat teraba pada berbagai titik tubuh)
melalui perabaan pada nadi.
(Kusyati, Eni, S.Kep, 2006, Keterampilan dan Prosedur Laboratorium, Jakarta
: EGC)
4)
Pernapasan
Nilai
pemeriksaan pernapasan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui fungsi
system pernapasan yang terdiri dari mempertahankan pertukaran oksigen dan
karbon dioksida dalam paru dan pengaturan keseimbangan asam basa. ( Alimul Aziz Hidayat, Uliyah
Musrifatul, 2005, Buku Saku Praktikum
Dasar Manusia, Jakarta : EGC )
Pernapasan
eksternal adalah cara tubuh memperoleh oksigen dan mengeluarkan karbon
dioksida. Pengkajian pernapasan meliputi
obsevasi frekuensi permenit, kedalaman, keteraturan dan tanda-tanda yang
menyertainya misalnya warna. Bunyi
pernapasan juga dapat didengarkan.
Faktor
yang mempengaruhi pernafasan
ü Latihan fisik : Peningkatan
kebutuhan oksigen menyebabkan peningkatkan pernafasan
ü .Emosi : Frekuensi dan kedalaman
pernafasan dapat dikendalikan secara sadar dan dapat bermanfaat.
ü Nyeri : Hiperventilasi merupakan respons fisiologis
terhadap nyeri.
ü Cidera : Komplikasi, seperti emboli
atau emboli cairan amnion dapat menyebabkan infarka pada jaringan paru-paru dan
pernafasan dapat berhenti.
ü Penurunan Jumlah Sel Darah Merah :
Anemia atau Hemoragi mengurangi kapasitas angkut oksigen dalam darah .
ü Asisdosis/Alkalosis : Secara
otomatis pernafasan menyesuaikan diri untuk mempertahankan keseimbangan asam
basah bersama sistem tubuh lainnya.
ü Obat-obatan : Analgesit opioid
menekan pernafasan ;efek ini biasanya tidak terjadi pada wanita sehat yang
mendapat dosis kecil.
(Johnson,
Ruth dan Taylor Wendy. 2005. Buku Ajar
PRAKTIK KEBIDANAN. Jakarta : EGC)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar